Minggu, 05 Juni 2022

Berjalan di Atas Dataran yang Licin

Begitulah judul ini terbentuk, suatu hal menuntun kepada arah yang diharapkan dan memiliki tujuan mulia. Seorang pemuda dikabarkan telah memulai menjalani pernikahan yang dimana pernikahan terbentuk atas dasar cinta yang agung. Tiada terasa umur pernikahaannya sudah melewati 5 bulan lamanya dan begitu terlihat semuanya dalam wadah yang dinamakan keluarga. Wanita yang manja menjadi sosok pendamping hidupnya, telah melalui beberapa tahapan perkenalan sehingga pemuda itu yakin bahwa telah memiliki sang pujaan hatinya itu. Waktu sekian berjalan pada waktu 5 bulan itu terasa semua telah muncul, mualai dari sifat, karakter, kebiasaan, dan lainnya. Pemuda itu telah berprinsip bahwa akan tetap konsisten mencintainya, karena karekter ia adalah sebagai penyayang, yang dimana bahwa jika dirinya sudah cinta dan sayang maka dirinya tetap konsisten sayang dan cinta kepada pujaan hatinya tersebut. Namun semua bagaikan pasir laut yang terhemoas ombak sehingga menjadi rata bahkan menjadikam dataran itu licin. Kemanjaan yang diberikan si pemuda itu kepada istrinya merupakan suatu rasa sayang yang amat terlebih bahkan dirinya rela menjadi suatu bantalan manja sang istrinya tersebut. Namun cipta kondisi dan situasi berkata bahkan berbalas dengan kata air susu dibalas dengan air tuba, itu lah pepatah yang cocok dan sesuai dengan kondisinya. Rasa cinta yang penuh, perhatian yang mendalam, sayang yang memuncak dikembalikan dengan respon bahkan balasan yang tidak sesuai harapan, bahkan jauh dari kata balasan yang baik. Semua didasari atas hati yang tulus namun dibalas dengan rasa yang tidak halus. Begitukah alam bumi ini bereaksi atas apa yang telah terjadi??.. dapat diperhatikan pemuda itu murung hari demi hari, karena suatu balasan yang tidak diharapkan oleh sang pemuda atau kita sebut saja dengan statusnya yaitu suami. Hampir bahkan berfikir harus seperti apa lagi dirinya berprilaku karena suatu perlakuan istrinya yang tidak bahkan jauh dari kata baik terhadap dirinya. Sang suami bukan ingin membalas bahkan ingin bertengkar., posisi sang suami disini ingn menjaga hubungan tetap baik dan nyambung terus. Cipta kondisi yang ditawarkan bahkan di ciptakan oleh sang suami menjadi suatu hal yang kiranya dicukup baik bahkan dirinya berusaha untuk baik dalam keadaan maksimal. Sang istri hanya selalu melihat kejelekan bahkan kekurangan sang suami, sang suami sadar bahwa dirinya dimasa lalu sebelum dirinya mengenal istrinya banyak sekali peremuan yang ia kenal namun itu semua masa lalu. Sang istri tidak menerima itu semua, karena kesupelan, ke gaulan, ke asikan suami dengan teman perempuan, namun tidak hanya perempuan saja, melainkan kepada teman sebaya prianya pun banyak di masa lalu menjadi parameter kejelekan suami saat ini. Apakah ini menjadi ukuran dan adil bagi suami? . Sang suami terus menjaga cipta kondisi yang baik bahkan terus merawat hubungan dengan sangat baik, namun lagi dan lagi semua diacak, di bongkar bahkan diurai oleh sang istri, sehingga hanya cermin kejelekan masa lalu yang terlihat istri kepada suami.

Harus berlaku seperti apa lagi sang suami kepada sang istri yang ia hormati sebagai ibu dari anak-anaknya yang cerdas pintar, taat agama, dan sayang kepada orang tua. Semua ini menjadi pelajaran bahwa memang perlu tingkat sabar yang tinggi bahkan melewati dari standar sabar yang paling tinggi. Namun perlu diingat sabar pun memiliki batas bahkan jika sudah overload hal tersebut bisa menjadi bumerang. Semoga sang suami lebih dapat mengontrol cipta kondisi yang diciptakannya.